Di Arafah
Karya: Gus Mus
Terlentang aku
seenaknya dalam pelukan bukit-bukit
batu bertenda langit biru,
seorang anak entah
berkebangsaan apa
mengikuti anak mataku
dan dalam
isyarat bertanya-tanya
kapan Tuhan turun?
Aku tersenyum.
Setan mengira dapat mengendarai
matahari,
mengusik khusukku apa tak melihat
ratusan ribu hati putih
menggetarkan bibir,
melepas dzikir,
menjagamu
dari jutaan milyar malaikat
menyiramkan berkat.
Kulihat diriku
terapung-apung
dalam nikmat dan sianak
entah berkebangsaan apa
seperti melihat arak-arakan
karnaval menari-nari
dengan riangnya.
Terlentang aku
satu diantara jutaan tumpukan
dosa yang mencoba menindih,
akankah
kiranya bertahan dari banjir
air mata penyesalan
massal ini
Gunung-gunung batu
menirukan tasbih kami,
pasir menghitung wirid kami
dan sianak
yang aku tak tahu
berkebangsaan apa
tertidur dipangkuanku
pulas sekali
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Aku Merindukanmu, O, Muhammadku
Oleh: Gus Mus Aku merindukanmu, o, Muhammadku Sepanjang jalan kulihat wajah-wajah yang kalah Menatap mataku yang tak berdaya Sementar
Puisi Merdeka
Oleh: KH Husein Muhammad Esok kita merdeka Merdeka itu Ialah saat kau bisa mengembuskan ke seluruh ruang dan waktu Semerbak harum nafasmu Ialah
Cerpen; Piala Impian
Banyak orang yang mengikuti lomba tersebut (lomba baca kitab kuning se-Indonesia). Juri mulai membacakan kriteria perlombaan. Aku boy, aku sudah banyak memenangkan perlombaan baca kitab
Bulan Kerinduan
Karya: Imanta Alifia Octavira Di kala malam yang hening Gemerlap rindu menerka hati Rindu akan berkah senja menguras air mata Rindu suara adzan menyejukkan dahaga B
MURIDKU
Oleh: Ibu Eliyana Tiap kali fajar tibaRupa lesu kami pun menjadi bernyawaKetika ingat kalian adaAda kami pun membara, tersadarKalian penerus bangsa Wahai muridkuPenat dan pelu