Tidak selamanya siswa yang enggan belajar layak dipersalahkan. Bisa jadi, bukan mereka yang tak mampu menerima pelajaran, melainkan kita para pendidik yang belum menemukan cara yang tepat untuk mengetuk pintu hati dan rasa ingin tahu mereka. Tugas guru bukan hanya menyampaikan materi, tetapi juga menyalakan semangat.
Namun, andai segala daya telah dicoba, berbagai metode sudah dijalankan, pendekatan pun diubah-ubah tetapi perubahan tak juga tampak barangkali memang ada hal yang lebih dalam yang tengah terjadi pada diri siswa itu.
Saya teringat sebuah nasihat bijak dari ayah mertua saya, seorang guru senior yang disegani. Ia pernah bercerita tentang wejangan dari guru yang bahkan lebih tua darinya:
"Jan terlalu bana maaja anak urang lai, alun tantu nyo bisuak ka mambale guno lai."
Artinya, “Mengajarlah sewajarnya. Jika waktu belajar telah usai, beristirahatlah. Jangan memaksakan diri, sebab belum tentu anak itu kelak akan mampu memberi manfaat yang diharapkan.”
Ada makna mendalam di balik petuah itu. Mengajar bukan tentang memeras tenaga, tapi tentang keberlanjutan. Tentang bagaimana kita, sebagai guru, menjaga semangat agar tetap menyala tanpa menghanguskan diri. Karena pada akhirnya, keberhasilan seorang murid tak hanya ditentukan oleh seberapa keras kita mengajarinya, tetapi juga oleh kemauan dirinya sendiri untuk belajar dan tumbuh.
(Pardi Syahri)