Di daerah saya, perayaan maulid itu serentak di tanggal 12 rabi'ul awal, gantian dari rumah ke rumah, dan ada yang maulidnya digabung ke tetangganya, namun untuk saya tetap merayakan maulid dirumah sendiri karena faidahnya sangat besar.
وقال الشافعي رحمه الله، مَنْ جَمَعَ لِمَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِخْوَانًا وَهَيَّأَ طَعَامًا وَأَحْلَى مَكَانًا وَعَمِلَ إِحْسَانًا وَصَارَ سَبَبًا لِقِرَاءِتِهِ بَعَثَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ الصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَيَكُوْنُ فِيْ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ
Al-Imam Syafi’i ra berkata: “Barangsiapa yang mengumpulkan saudara-saudaranya untuk mengadakan Maulid Nabi ﷺ, mempersiapkan makanan, menghiasi tempat, melakukan kebaikan dan hal itu semua menjadi penyebab membaca Maulid Nabi ﷺ niscaya Allah ﷻ akan membangkitkannya pada hari kiamat bersama para Shidiqin, para Syuhuda’ dan orang-orang para Shalihin di dalam surga yang penuh nikmat.”
مَنْ هَيَّأَ طَعَامًا ِلأَجْلِ قِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَمَعَ إِخْوَانًا وَأَوْقَدَ سِرَاجًا وَلَبِسَ جَدِيْدًا وَتَعَطَّرَ تَعْظِيْمًا لِمَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَشَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ الْفِرْقَةِ اْلأُوْلَى مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَكَانَ فِي أَعْلَى عِلِّيِّيْنَ
Syaikh Ma’ruf Al-Kurkhiy ra berkata: “Barangsiapa yang mempersiapkan makanan untuk pembacaan Maulid Nabi ﷺ, mengumpulkan saudara-saudaranya, menyalakan lampu, memakai pakaian yang baru dan wangi-wangian karena mengagungkan Maulid Nabi ﷺ niscaya Allah ﷻ mengumpulkan orang tersebut pada hari kiamat bersama golongan yang pertama dari para Nabi-Nabi, dan orang tersebut tempat yang paling tinggi
وقال سلطان العارفين الإمام جلال الدين السُّيُوطي قدّس الله سرّه ونوَّر ضريحه، في كتابه المسمى بالوَسَائِلْ فِي شَرْحِ الشَّمَائِلْ : مَا مِنْ بَيْتٍ أَوْ مَسْجِدٍ أَوْ مَحَلَّةٍ قُرِئَ فِيْهِ مَوْلِدُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا حَفَّتِ الْمَلاَئِكَةُ ذَلِكَ الْبَيْتَ أَوِ الْمَسِجْدَ أَوِ الْمَحَلَّةَ، وَصَلَّتِ الْمَلاَئِكَةُ عَلَى أَهْلِ ذَلِكَ الْمَكَانِ، وَعَمَّهُمُ اللهُ تَعَالَى بِالرَّحْمَةِ وَالرِّضْوَانِ، وَأَمَّا الْمُطَوَّقُوْنَ بِالنُّوْرِ يَعْنِيْ جِبْرَائِيْلَ وَمِيْكَائِيْلَ وَإِسْرَافِيْلَ وَعِزْرَائِيْلَ عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ فَإِنَّهُمْ يُصَلُّوْنَ عَلَى مَنْ كَانَ سَبَبًا لِقِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Sulthan ‘Arifin Imam Jalaluddin ‘Abdurrahman As-Suyuthi ra dalam kitab Beliau yang diberi nama alAl-Wasaail fi Syarhi asy-Syamaail berkata: “Tiada dari suatu rumah atau masjid atau perkampungan yang dibacakan Maulid Nabi ﷺ kecuali para Malaikat mengelilingi rumah, masjid dan kampung tersebut, para Malaikat memintakan ampunan dosa terhadap semua penghuni tempat itu, Allah ﷻ membagi rata mereka dengan rahmat dan keridhaan-Nya. Adapun Malaikat yang dipenuhi dengan cahaya adalah Malaikat Jibril As, Mikail As, Israfil As dan ‘Izrail As memintakan ampunan dosa terhadap orang-orang yang menjadi penyebab pembacaan Maulid Nabi ﷺ.
وقال أيضا: مَا مِنْ مُسِلِمٍ قَرَأَ فِي بَيْتِهِ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلاَّ رَفَعَ اللهُ سُبْحَانَهُ وتعالى الْقَحْطَ وَالْوَبَاءَ وَالْحَرْقَ وَالْغَرْقَ وَاْلآفَاتِ وَالْبَلِيَّاتِ وَالْبَغْضَ وَالْحَسَدَ وَعَيْنَ السُّوْءِ وَاللُّصُوْصَ عَنْ أَهْلِ ذَلِكَ الْبَيْتِ، فَإِذَا مَاتَ هَوَّنَ اللهُ عَلَيْهِ جَوَابَ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ، وَيَكُوْنُ فَي مَقْعَد صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيْكٍ مُقْتَدِرٍ، فَمَنْ أَرَادَ تَعْظِيْمَ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَكْفِيْهِ هَذَا الْقَدْرُ، وَمَنْ لَمْ يَكُنْ عِنْدَهُ تَعْظِيْمُ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ مَلَأْتَ لَهُ الدُّنْيَا فِي مَدْحِهِ لَمْ يُحَرَّكْ قَلْبُهُ فِي الْمَحَبَّةِ لَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Beliau (as-Suyuthiy) juga berkata: Tidak dari seorang Muslim yang membacakan rumahnya dengan Maulid Nabi ﷺ kecuali Allah ﷻ mengangkat (menghilangkan) paceklik, wabah, kebakaran, karam, penyakit, bala, murka, dengki, mata yang jahat dan pencuri dari ahli rumah tersebut. Jika orang tersebut meninggal dunia niscaya Allah ﷻ memudahkan baginya menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir, dan ia berada di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang maha kuasa. Barangsiapa yang berkehendak mengagungkan Maulid Nabi ﷺ maka cukuplah baginya sesuai dengan ketentuan ini, dan bukanlah termasuk mengagungkan Maulid Nabi ﷺ walaupun penuh puja-puji baginya didunia ini, namun hatinya tidak bergerak untuk mencintai Nabi ﷺ.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِمَّنْ يُعَظِّمُهُ وَيَعْرِفُ قَدْرَهُ وَمِنْ أَخَصِّ خَآصِّ مُحِبِّيْهِ وَأَتْبَاعِهِ آمِيْنَ يَارَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ
Semoga Allah ﷻ menjadikan kita dan kalian semua sebagai bagian dari orang–orang mengagungkan Maulid Nabi ﷺ dan orang yang mengenal keagungannya, dan termasuk dari orang yang khusus dari orang yang khusus dalam mencintainya dan mengikutinya. Amin Ya Rabb Alamin. Semoga rahmat Allah ﷻ tercurahkan kepada Sayidina Muhammad ﷺ, keluarganya serta shahabatnya sekalian hingga hari kiamat.
(Kholilur Rohman)